Persaingan tidak pernah ditakuti oleh pengusaha Sukanto Tanoto. Pendiri Royal Golden Eagle (RGE) ini malah menjadikannya penyemangat. Bahkan, itu yang menyemangatinya untuk bersaing di pentas internasional.
Sukanto Tanoto memegang kendali RGE dengan menduduki posisi chairman. Ia bisa membesarkan perusahaan yang didirikannya pada 1973 itu menjadi korporasi berskala global. Dengan aset hingga 18 miliar dolar Amerika Serikat, RGE bisa membuka lapangan kerja untuk sekitar 60 ribu orang. Karyawannya itu tersebar di Indonesia, Tiongkok, Brasil, Kanada, serta Spanyol.
Kesuksesan tersebut diraih lantaran Sukanto Tanoto memutuskan RGE fokus di sektor sumber daya. Kini, mereka mempunyai delapan unit bisnis yang bergerak di industri kelapa sawit, pulp dan kertas, selulosa spesial, serat viscose, serta minyak dan gas.
Sukanto Tanoto mempunyai pandangan menarik terkait kompetisi. Ia malah menilai keberadaannya sebagai hal positif. Dikatakan oleh laki-laki kelahiran Belawan ini, kompetisi merupakan hal masuk akal dalam dunia bisnis. Keberadaannya bahkan tidak bisa dihindari. Karena itu, persaingan harus disiasati tanpa perlu ditakuti.
Ia justru memandang banyak hal positif yang bisa didapat seorang pengusaha saat persaingan hadir. Kompetisi bakal menimbulkan pebisnis untuk bisa menghasilkan yang terbaik. Pada akhirnya, tekanan menyerupai ini akan meningkatkan kinerja. Sebab, jikalau tidak ingin kalah bersaing, segala yang terbaik diberikan.
Selain itu, keberadaan persaingan bakal membuat seorang pebisnis tidak kehilangan kewaspadaan. Mereka akan selalu waspada dan siap menghadapi kondisi yang sulit. Pasalnya, kompetitor akan terus mengintai untuk mengalahkan mereka.
Oleh alasannya itu, di mata Sukanto Tanoto, kompetisi tidak perlu ditakuti. Lebih baik menyiasatinya agar bisa selalu memenangi persaingan. Baginya persaingan juga bisa dijadikan materi bakar untuk bisa berkompetisi di level dunia.
Ini yang menyemangatinya untuk terjun ke sektor minyak dan gas. Padahal, beliau sudah tidak lagi muda. Namun, laki-laki kelahiran 25 Desember 1949 ini tetap bersemangat untuk mengejar mimpi gres di industri energi dunia.
Harapan ini sempat dilontarkannya dalam sebuah wawancara dengan Globe Asia pada 2015. Kala itu, secara tersirat, beliau menyatakan tidak bisa menahan “godaan” untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan energi kelas dunia.
“Kapan lagi dalam hidup Anda bisa mempunyai kesempatan bersaing dengan perusahaan menyerupai Shell, Chevron, dan BP?” ujarnya.
Ia melakukannya bersama dengan Pacific Oil & Gas. Ini merupakan unit bisnis dari RGE yang bergerak dalam industri minyak dan gas. Mereka hadir guna memberi suplai energi higienis di Asia yang tengah berkembang.
Bersama Pacific Oil & Gas, Sukanto Tanoto ingin mencicipi petualangan baru. “Sekarang saya mempunyai mimpi gres untuk membangun pabrik LNG (Liquified Natural Gas, Red.) di Kanada. Fasilitas ini akan menjadi pabrik pertama yang mengekspor LNG dari Kanada. Kanada yakni negara dunia pertama. Kami sedang dalam proses mendapat lisensi. Kami sudah mengerjakannya selama 2,5 tahun,” kata Sukanto Tanoto pada 2015.
Harapan Sukanto Tanoto hasilnya menjadi kenyataan. Pemerintah Kanada telah memperlihatkan izin kepada perusahaannya untuk melanjutkan proyek yang dinamai sebagai Woodfibre LNG Project tersebut. Namun, itu gres permulaan. Sukanto Tanoto mesti membangun pabriknya terlebih dulu agar mimpinya semakin nyata.
Proyek Woodfibre LNG berbasis di Squamish, British Columbia di Kanada. Di sana Pacific Oil & Gas tengah membangun pabrik LNG yang mempunyai daya tampung hingga 250 ribu m3. Mereka memanfaatkan bekas area Woodfibre Pulp Mill dalam proses pembuatan.
Kepastian izin untuk Woodfibre LNG didapat semenjak Juni 2017 lalu. Melalui Menteri Sumber Daya alam Jim Carr, Pemerintah Kanada memberi lampu hijau terhadap kelanjutan proyek pekerjaan perusahaan Sukanto Tanoto.
“Kami tahu bahwa ada kebutuhan besar terhadap gas alam terutama di daerah Asia yang tengah berkembang pesat. Pemberian izin lisensi ekspor Woodfibre LNG selama 40 tahun memberi kepastian kepada investor. Selain itu, proyek ini juga membuat lapangan kerja untuk warga Kanada serta menjadi langkah cantik dalam menyongsong masa depan yang rendah karbon,” kata Carr.
Berkat proteksi izin ini, perusahaan Sukanto Tanoto mempunyai kesempatan untuk mengekspor LNG hingga 2,1 juta ton per tahun. Izin ini awalnya diberikan selama 25 tahun, namun hasilnya diperpanjang hingga mencapai 40 tahun.
Ini memperlihatkan bahwa persaingan malah dinanti Sukanto Tanoto. Ia memang ingin bisa berbicara di pentas dunia. Kompetisi yang ada di sana justru bagaikan materi bakar yang menyemangatinya untuk melakukannya.
Akan tetapi, persaingan di industri energi bukan pengalaman pertama Sukanto Tanoto bersaing di pasar global. Ia sudah semenjak usang melakukannya bersama unit-unit bisnis lain dari RGE.
Lihat saja reputasi unit-unit bisnis dari RGE. Mereka merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai produk-produk yang dipasarkan di pasar global. Mulai dari Asian Agri. Unit bisnis RGE yang beroperasi di industri kelapa sawit ini merupakan pemain penting dalam produksi crude palm oil di dunia berkat kapasitas produksi satu juta ton per tahun yang digapainya.
Selain Asian Agri, Grup APRIL juga menjadi pujian Indonesia. Mereka merupakan salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia. Setiap tahun, APRIL sanggup memproduksi pulp hingga 2,8 juta ton dan kertas hingga 1,15 juta ton.
Perusahaan Sukanto Tanoto ini bisa melahirkan produk yang laku di pasar internasional, yakni PaperOne. Ini yakni merek kertas yang diproduksi oleh APRIL. Karena berkualitas tinggi, PaperOne sudah bisa dijual di lebih dari 70 negara.
Unit bisnis dari RGE yang di luar negeri menyerupai Bracell tidak mau kalah. Perusahaan yang berbasis di Brasil ini tercatat sebagai pemimpin global dalam industri selulosa spesial. Saat ini, mereka mengelola perkebunan yang terintegrasi dengan sentra produksi seluas 150 ribu hektare di Bahia.
Asia Symbol juga menjadi bukti lain bahwa Sukanto Tanoto bisa bersaing di pasar internasional. Mereka menjadi salah satu pemimpin dalam produksi pulp dan kertas di Tiongkok. Per tahun, Asia Symbol sanggup menghasilkan dua juta ton pulp, satu juta ton fine paper, dan 530,000 ton paper board.
Sateri sanggup pula dikedepankan. Mereka merupakan unit bisnis dari RGE yang beroperasi di industri serat viscose. Saat ini, mereka bisa menembus kapasitas produksi per tahun sebesar 800 ribu ton. Namun, pada 2025, perusahaan Sukanto Tanoto ini bertekad menjadi pemimpin global dengan kapasitas produksi mencapai tiga juta ton setiap tahun.
Keberhasilan itu menerangkan bahwa pengusaha Indonesia tidak bisa dipandang remeh. Mereka seharusnya bisa bersaing di pasar internasional menyerupai Sukanto Tanoto.
 |
| Image Source: Rgei.com http://www.rgei.com/about/our-leadership/sukanto-tanoto |
Sukanto Tanoto memegang kendali RGE dengan menduduki posisi chairman. Ia bisa membesarkan perusahaan yang didirikannya pada 1973 itu menjadi korporasi berskala global. Dengan aset hingga 18 miliar dolar Amerika Serikat, RGE bisa membuka lapangan kerja untuk sekitar 60 ribu orang. Karyawannya itu tersebar di Indonesia, Tiongkok, Brasil, Kanada, serta Spanyol.
Kesuksesan tersebut diraih lantaran Sukanto Tanoto memutuskan RGE fokus di sektor sumber daya. Kini, mereka mempunyai delapan unit bisnis yang bergerak di industri kelapa sawit, pulp dan kertas, selulosa spesial, serat viscose, serta minyak dan gas.
Sukanto Tanoto mempunyai pandangan menarik terkait kompetisi. Ia malah menilai keberadaannya sebagai hal positif. Dikatakan oleh laki-laki kelahiran Belawan ini, kompetisi merupakan hal masuk akal dalam dunia bisnis. Keberadaannya bahkan tidak bisa dihindari. Karena itu, persaingan harus disiasati tanpa perlu ditakuti.
Ia justru memandang banyak hal positif yang bisa didapat seorang pengusaha saat persaingan hadir. Kompetisi bakal menimbulkan pebisnis untuk bisa menghasilkan yang terbaik. Pada akhirnya, tekanan menyerupai ini akan meningkatkan kinerja. Sebab, jikalau tidak ingin kalah bersaing, segala yang terbaik diberikan.
Selain itu, keberadaan persaingan bakal membuat seorang pebisnis tidak kehilangan kewaspadaan. Mereka akan selalu waspada dan siap menghadapi kondisi yang sulit. Pasalnya, kompetitor akan terus mengintai untuk mengalahkan mereka.
Oleh alasannya itu, di mata Sukanto Tanoto, kompetisi tidak perlu ditakuti. Lebih baik menyiasatinya agar bisa selalu memenangi persaingan. Baginya persaingan juga bisa dijadikan materi bakar untuk bisa berkompetisi di level dunia.
Ini yang menyemangatinya untuk terjun ke sektor minyak dan gas. Padahal, beliau sudah tidak lagi muda. Namun, laki-laki kelahiran 25 Desember 1949 ini tetap bersemangat untuk mengejar mimpi gres di industri energi dunia.
Harapan ini sempat dilontarkannya dalam sebuah wawancara dengan Globe Asia pada 2015. Kala itu, secara tersirat, beliau menyatakan tidak bisa menahan “godaan” untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan energi kelas dunia.
“Kapan lagi dalam hidup Anda bisa mempunyai kesempatan bersaing dengan perusahaan menyerupai Shell, Chevron, dan BP?” ujarnya.
Ia melakukannya bersama dengan Pacific Oil & Gas. Ini merupakan unit bisnis dari RGE yang bergerak dalam industri minyak dan gas. Mereka hadir guna memberi suplai energi higienis di Asia yang tengah berkembang.
Bersama Pacific Oil & Gas, Sukanto Tanoto ingin mencicipi petualangan baru. “Sekarang saya mempunyai mimpi gres untuk membangun pabrik LNG (Liquified Natural Gas, Red.) di Kanada. Fasilitas ini akan menjadi pabrik pertama yang mengekspor LNG dari Kanada. Kanada yakni negara dunia pertama. Kami sedang dalam proses mendapat lisensi. Kami sudah mengerjakannya selama 2,5 tahun,” kata Sukanto Tanoto pada 2015.
Harapan Sukanto Tanoto hasilnya menjadi kenyataan. Pemerintah Kanada telah memperlihatkan izin kepada perusahaannya untuk melanjutkan proyek yang dinamai sebagai Woodfibre LNG Project tersebut. Namun, itu gres permulaan. Sukanto Tanoto mesti membangun pabriknya terlebih dulu agar mimpinya semakin nyata.
Proyek Woodfibre LNG berbasis di Squamish, British Columbia di Kanada. Di sana Pacific Oil & Gas tengah membangun pabrik LNG yang mempunyai daya tampung hingga 250 ribu m3. Mereka memanfaatkan bekas area Woodfibre Pulp Mill dalam proses pembuatan.
Kepastian izin untuk Woodfibre LNG didapat semenjak Juni 2017 lalu. Melalui Menteri Sumber Daya alam Jim Carr, Pemerintah Kanada memberi lampu hijau terhadap kelanjutan proyek pekerjaan perusahaan Sukanto Tanoto.
“Kami tahu bahwa ada kebutuhan besar terhadap gas alam terutama di daerah Asia yang tengah berkembang pesat. Pemberian izin lisensi ekspor Woodfibre LNG selama 40 tahun memberi kepastian kepada investor. Selain itu, proyek ini juga membuat lapangan kerja untuk warga Kanada serta menjadi langkah cantik dalam menyongsong masa depan yang rendah karbon,” kata Carr.
Berkat proteksi izin ini, perusahaan Sukanto Tanoto mempunyai kesempatan untuk mengekspor LNG hingga 2,1 juta ton per tahun. Izin ini awalnya diberikan selama 25 tahun, namun hasilnya diperpanjang hingga mencapai 40 tahun.
BISA BERSAING DI PASAR GLOBAL
Izin ekspor LNG dari Kanada untuk Pacific Oil & Gas memastikan Sukanto Tanoto menjadi pemain global di industri energi. Harapannya untuk mencicipi persaingan dengan perusahaan-perusahaan energi kelas dunia hasilnya terkabul. Sebab, perusahaannya menyuplai LNG untuk aneka macam daerah di Asia menyerupai Tiongkok dan Korea Selatan dari Kanada yang berada di Benua Amerika. |
| Image Source: APRIL |
Ini memperlihatkan bahwa persaingan malah dinanti Sukanto Tanoto. Ia memang ingin bisa berbicara di pentas dunia. Kompetisi yang ada di sana justru bagaikan materi bakar yang menyemangatinya untuk melakukannya.
Akan tetapi, persaingan di industri energi bukan pengalaman pertama Sukanto Tanoto bersaing di pasar global. Ia sudah semenjak usang melakukannya bersama unit-unit bisnis lain dari RGE.
Lihat saja reputasi unit-unit bisnis dari RGE. Mereka merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai produk-produk yang dipasarkan di pasar global. Mulai dari Asian Agri. Unit bisnis RGE yang beroperasi di industri kelapa sawit ini merupakan pemain penting dalam produksi crude palm oil di dunia berkat kapasitas produksi satu juta ton per tahun yang digapainya.
Selain Asian Agri, Grup APRIL juga menjadi pujian Indonesia. Mereka merupakan salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia. Setiap tahun, APRIL sanggup memproduksi pulp hingga 2,8 juta ton dan kertas hingga 1,15 juta ton.
Perusahaan Sukanto Tanoto ini bisa melahirkan produk yang laku di pasar internasional, yakni PaperOne. Ini yakni merek kertas yang diproduksi oleh APRIL. Karena berkualitas tinggi, PaperOne sudah bisa dijual di lebih dari 70 negara.
Unit bisnis dari RGE yang di luar negeri menyerupai Bracell tidak mau kalah. Perusahaan yang berbasis di Brasil ini tercatat sebagai pemimpin global dalam industri selulosa spesial. Saat ini, mereka mengelola perkebunan yang terintegrasi dengan sentra produksi seluas 150 ribu hektare di Bahia.
Asia Symbol juga menjadi bukti lain bahwa Sukanto Tanoto bisa bersaing di pasar internasional. Mereka menjadi salah satu pemimpin dalam produksi pulp dan kertas di Tiongkok. Per tahun, Asia Symbol sanggup menghasilkan dua juta ton pulp, satu juta ton fine paper, dan 530,000 ton paper board.
Sateri sanggup pula dikedepankan. Mereka merupakan unit bisnis dari RGE yang beroperasi di industri serat viscose. Saat ini, mereka bisa menembus kapasitas produksi per tahun sebesar 800 ribu ton. Namun, pada 2025, perusahaan Sukanto Tanoto ini bertekad menjadi pemimpin global dengan kapasitas produksi mencapai tiga juta ton setiap tahun.
Keberhasilan itu menerangkan bahwa pengusaha Indonesia tidak bisa dipandang remeh. Mereka seharusnya bisa bersaing di pasar internasional menyerupai Sukanto Tanoto.
0 Response to "Persaingan Di Level Dunia Menjadi Penyemangat Sukanto Tanoto Dalam Berbisnis"